BAB I
PENDAHULUAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu memahami pengertian
pakan buatan, macam pakan berdasarkan tingkat kebutuhan ikan, kebiasaan
makanan, dan konsumsi makanan harian.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengerian pakan buatan
2. Menyebutkan dan menjelaskan macam pakan berdasarkan tingkat kebutuhan
ikan
3. Menyebutkan dan menjelaskan kebiasaan makanan ikan
4. Menjelaskan konsumsi makanan harian ikan
1.1. Pengertian pakan buatan
Di alam, ikan dapat memenuhi
kebutuhan makannya dengan pakan yang tersedia di alam. Dalam hal ini ikan
mempunyai kesempatan untuk memilih. Oleh karena itu, pakan yang berasal dari
alam selalu sesuai dengan selera ikan. Dalam lingkungan budidaya, ikan lebih
tergantung pada pakan buatan dan tidak mempunyai kesempatan untuk memilih.
Pakan buatan adalah pakan yang
dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan kebutuhannya.
Pembuatan pakan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrisi ikan,
kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Dengan pertimbangan yang baik, dapat
dihasilkan pkan buatan yang disukai ikan, tidak mudah hancur dalam air, aman
bagi ikan.
Dalam budidaya ikan secara intensif,
pakan buatan disediakan untuk memenuhi kebutuhan ikan, dimana biaya pakan dapat
mencapai 60% dari biaya produksi. Berdasarkan tingkat kebutuhannnya pakan
buatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok : yaitu (1) pakan tambahan, (2) pakan
suplemen, dan (3) pakan utama. Pakan tambahan adalah pakan yang sengaja dibuat
untuk memenuhi kebutuhan pakan. Dalam hal ini, ikan yang dibudidayakan sudah
mendapatkan pakan dari alam, namun jumlahnya belum memadai untuk tumbuh dengan
baik sehingga perlu diberi pakan buatan sebagai pakan tambahan. Pakan suplemen
adalah pakan yang sengaja dibuat untuk menambah komponen nutrisi tertentu yang
tidak mampu disediakan pakan alami. Sementara pakan buatan adalah pakan yang
sengaja dibuat untuk menggantikan sebagian besar atau keseluruhan pakan alami.
1.2. Kebiasaan makanan
Jenis makanan yang dapat
dimakan oleh suatu jenis ikan tergantung kepada trophic level, ukuran, habitat,
musim serta adaptasi alat pencernaannya.
Ikan herbivora akan mempunyai komposisi makanan yang berbeda dengan karnivora.
Komposisi makanan makanan ikan yang berukuran kecil akan berbeda dengan ikan
yang besar hal ini selain karena adanya perbedaan dalam bukaan mulut juga dalam
kemampuan mendapatkan makanan serta kebutuhan gizinya.
Berdasarkan jenis-jenis
organisme yang dimakannya, ikan dapat dikelompokkan sebagai berikut : Herbivora
yaitu ikan yang makanan utamanya terdiri dari tumbuhan (pemakan tumbuhan), Karnivora
yaitu ikan yang makanan utamanya terdiri dari hewan (pemakan daging) dan Omnivora
yaitu ikan yang makanannya terdiri dari tumbuhan dan hewan.
1.3. Konsumsi makanan harian (daily consumption)
Ikan-ikan herbivora dan
pemakan plankton nabati (phytoplankton), jumlah konsumsi makanan hariannya
berbobot lebih banyak daripada ikan karnivora. Hal ini disebabkan karena bahan
makanan nabati itu nilai kalorinya lebih rendah daripada bahan makanan hewani.
Selain itu, kandungan air bahan nabati juga lebih tinggi daripada bahan hewani.
Di antara karnivora itu
sendiri terdapat juga perbedaan-perbedaan dalam jumlah makanan yang mereka
konsumsi, karena makanan yang mereka makan juga berbeda-beda, baik dalam ukuran
maupun dalam kandungan gizinya ikan pemakan udang-udangan tingkat tinggi
misalnya, relatif harus lebih banyak membuang sisa-sisa makanan yang tak
tercerna (kulitnya yang keras), dibandingkan dengan karnivora pemakan daging
ikan. Oleh karena itu pemakan udang-udangan tingkat tinggi membutuhkan jumlah
makanan yang lebih banyak.
Jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh seekor ikan secara umum berkisar antara 5 - 6 % berat tubuhnya
perhari. Namun jumlah tersebut dapat berubah-ubah tergantung pada suhu
lingkungannya. Ikan Lepomis macrochirus misalnya, selama musim panas
(suhu sekitar 20 0C) dapat mengkonsumsi makanan sampai 5% berat
badannya per hari. Tapi selama musim dingin (suhu 2 - 3 0C)
hanya mengkonsumsi kurang dari 1%.
Selain berpengaruh terhadap terhadap jumlah makanan yang dikonsumsi, suhu
juga berpengaruh terhadap kegiatan metabolisme. Ikan kerapu Epinephelus
guttatus misalnya, pada suhu antara 19 - 28 0C keseringan makannya
dapat meningkat dua kali lipat. Sebab pada suhu yang lebih tinggi itu
pengeluaran tenaga dan pemeliharaan tubuhnya juga meningkat.
Ukuran ikan juga berpengaruh terhadap jumlah konsumsi makanan per hari.
Ikan-ikan kecil aktivitas metabolismenya lebih tinggi daripada ikan-ikan besar.
Oleh karena itu perbandingan antara jumlah konsumsi makanan dan berat badannya
juga lebih tinggi daripada ikan besar. Misalnya saja seekor ikan kerapu
yang berbobot 250 gram, pada suhu antara 19 - 28 0C membutuhkan
makanan 1,7 - 5,8 % berat tubuh/hari. Tapi ikan yang berbobot 600 gram hanya
membutuhkan makanan antara 1,3 - 3 % saja.
BAB II
PERTUMBUHAN DAN MAKANAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir pokok bahasan ini
pembaca diharapkan mampu memahami pengertian pertumbuhan ikan, aspek-aspek
kuantitatif pada prinsip makanan dan hubungan antara pertumbuhan dan makanan.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca
diharapkan mampu :
- Menjelaskan pengertian pertumbuhan
- Menyebutkan dan menjelaskan aspek-aspek kuantitatif pada prinsip makanan
- Menjelaskan hubungan antara pertumbuhan dan makanan
2.1. Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari dua proses yaitu, proses
yang cenderung untuk menurunkan energi tubuh yang menjadi nyata jika seekor
ikan dipelihara dalam jangka waktu yang lebih lama tanpa diberi makanan dan
suatu proses yang diawali dari pengambilan makanan dan yang diakhiri dengan
penyusunan unsur-unsur tubuh.
Pertumbuhan sebagai
pertambahan dalam volume dan berat dalam waktu tertentu. Pada umumnya berat individu
ikan mengikuti pola pertumbuhan clarias gariepinus, jika berat ikan
diplotkan dengan umur / waktu hasilnya adalah suatu kurva yang berbentuk
sigmuid dengan titik infleksi yang menunjukkan pada titik tersebut pertumbuhan
yang menurun di banding dengan pertumbuhan sebelumnya (Gambar 1).
|
Pertumbuhan = Growth = G =
dw = wt - wo (gram).
Laju pertumbuhan = Growth
Rate = GR = dw/dt = (wt - wo)/t.
Laju pertumbuhan relatif =
Relatif Growth Rate = RGR
RGR = dw/dt.w = (wt - wo)/t
Berat rata-rata Aritmatik = Bwa = (wt + wo)/2
Berat rata-rata Geometrik = Bwg = exp [(In wt + In wo)/2].
Pada kurva pertumbuhan sigmoid (kurva
berat), sekarang dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan (growth rate) (GR = dw/dt) pertama-tama meningkat dan kemudian
menurun dengan bertambahnya waktu. Growth
rate maksimum dicapai pada titik infleksi dalam kurva pertumbuhan sigmoid,
laju pertumbuhan relatif menurun dengan bertambahnya berat dalam waktu.
![]() |
Sebagaimana
diketahui bahwa pertumbuhan berat mengikuti pula eksponensial maka model
pertumbuhannya adalah :
|
Wt = wo e gt
In wt = In wo + gt
Dimana :
Wt = berat pada waktu t
Wo = berat awal
e = dasar logaritma natural
g = Koefisien pertumbuhan
Dalam pertumbuhan secara eksponensial ini, spesifik
Growth Rate adalah konstan.
GR = dw/dt = gw
SGR = dw/dt w = g
Dengan
kata lain koefisien pertumbuhan ini adalah logaritma natural dari perbandingan
berat akhir dengan berat awal.
gt = In (wt/wo)
gt = In wt - In wo
Dapat juga dihitung sebagai % berat rata-rata individu
per hari
SGR = g =
(In wt - In wo) / t x 100 % (% BW / hari)
Model ini baik untuk waktu yang singkat / pendek, tetapi
kurang baik apabila digunakan untuk menghitung pertumbuhan seluruh hidup ikan
(waktunya). Faktor terpenting yang
menentukan pertumbuhan ikan di dalam pemeliharaan ialah tersedianya makanan
yang cukup.
2.2. Makanan
Makanan
dalam suatu usaha budidaya dapat dikenal dua kelompok yaitu makanan alami dan
makanan tambahan, Jenis, bentuk serta banyaknya makanan yang diperlukan
berbeda-beda bagi setiap jenis ikan yang mempunyai pilihan dan cara pengambilan
makanan yang berbeda pula. Di dalam kolam, dengan pengarah dari bermacam-macam
faktor, terjadilah serangkaian proses pertumbuhan yang menghasilkan makanan
alami. Banyaknya makanan yang dihasilkan tergantung dari kesuburan alam atau
yang sudah dibantu dengan jalan pemupukan.
Pada
cara pemeliharaan yang tradisional / ekstensif ikan yang dipelihara hidup
semata-mata dari makanan alami yang dihasilkan di dalam kolam. Kemudian ada
usaha-usaha memperbaiki kesuburan dengan jalan pemupukan dan penyediaan makanan
tambahan. Semakin meningkat usahanya, makin banyak usaha dilakukan bagi
penyediaan makanan. Pada usaha pemeliharaan intensif, kesuburan alami dapat
sama sekali diabaikan dan makanan yang diperlukan sepenuhnya diusahakan secara
pemberian makanan tambahan dengan bentuk dan susunan serta jadwal yang disusun
secara teliti.
Bentuk
makanan hendaknya disesuaikan dengan besarnya ikan dan cara mengambil makanan.
Makanan buatan (pellet) merupakan bentuk yang cocok dan paling banyak dipakai
bagi berbagai jenis ikan, terutama pada usaha-usaha pembesaran seperti ikan
mas, tawes, nila dan sebagainya. Keuntungan dari makanan buatan antara lain :
ukuran dapat dibuat berbeda-beda menurut jenis dan besarmnya ikan, penggunaannnya
mudah,mudah dimakan ikan dan mudah diawasi sehingga tidak banyak sisa terbuang
serta mudah disimpan dalam keadaan kering.
Pertumbuhan ikan yang baik, perlu
didukung dengan pemberian makanan yang cukup mengandung protein, lemak dan
karbohidrat serta vitamin dan mineral. Di dalam praktek, penyusunan didasarkan
atas bahan-bahan hewani seperti tepung ikan, daging dan kerang-kerangan dan
bahan nabati seperti dedak, bungkil kedelai, tepung yang masing-masing terutama
sebagai sumber protein dan karbohidrat. Sedangkan kebutuhan akan lemak
dicampurkan dalam bentuk minyak nabati, levertran dan sebagainya. Perbandingan
bahan-bahan tersebut dalam campuran, di samping perhitungan nilai gizi makanan
yang tinggi, tentu saja perlu diperhatikan dalam segi praktis (mudah diperoleh
sepanjang tahun, mudah dikerjakan) dan dari segi ekonomis biaya yang
dikeluarkan dapat memberikan keuntungan yang setinggi-tingginya. Kualitas dan
kuantitas makanan harus disesuaikan dengan jenis dan ukuran ikannya. Kualitas
makanan tidak hanya ditentukan oleh nilai gizi makanan tersebut tetapi juga
ditentukan oleh kemampuan ikan untuk mencerna dan mengabsorbsi makanan
tersebut.
Aspek-aspek kuantitatif pada prinsip
makanan untuk pertumbuhan dapat membedakan antara pemberian makanan (F), laju
konsumsi = feeding rate (FR) dan laju konsumsi relatif = relatif feeding rate
yang biasanya dinamakan feeding level = tingkat konsumsi atau feed ration ( R
).
FR = F/t (gr / hari).
R = F/t/BWg x 100 % (% BW / hari)
Rm (metabolic ration) = F/t/BWg 0,8 (gr/gr 0,8 /
hari).
Efisiensi pertumbuhan di ekspresikan
sebagai % dari pemberian makan yang dikonversikan ke dalam pertumbuhan,
biasanya dinamakan efisiensi konversi (CE).
CE = (wt - wo)/F x 100% (%)
Sedangkan konversi makanan (FC) adalah
berat kering makanan yang diberikan dibagi dengan pertambahan berat tubuh ikan.
FC = F/ (wt - wo) (gr/gr)
2.3. Hubungan antara Pertumbuhan dan Makanan
Tujuan utama pemberian makanan pada ikan secara umum untuk mencapai
pertumbuhan individu atau populasi. Pertumbuhan setiap organisme, termasuk ikan
dapat dianggap berasal dari 2 proses yang berlawanan; proses pertama cenderung
untuk menurunkan energi tubuh (katabolisme) dan proses yang lain cenderung
untuk menaikkan energi tubuh (anabolisme).
Pembagian dari makanan yang dimakan pada proses untung dan rugi (gain +
loss) disajikan pada Gambar 2.4.


a. Jaringan Hasil
b. Hasil reproduksi



Tabolismekan b.
Aktivitas metabolisme




Makanan Ekskresi
dari insang dan
(jumlah permukaan
tubuh
energi)

Dalam gambar 2.5. Terdapat empat (4) ration yang berbeda
yaitu RO (tanpa diberi makan), R. Maintenance, R. Maintenance, R. Optium dan R.
Maksimum.
1.
Ransum O (Ro)
menghasilkan pertumbuhan negatif, yang disebabkan oleh adanya katabolisme
substansi tubuh untuk menyediakan energi untuk fungsi utama organisme hidup.
Sehubungan dengan panas dari pembakaran di dalam tubuh (internal combustion) di
hasilkan (panas yang hilang) dengan pengorbanan kandungan energi diri sendiri.
2.
Ransum
pemeliharaan (R. Maint), didefinisikan sebagai ransum makanan yang disediakan
untuk pertumbuhan O. Pada ransum ini, energi yang dapat dimetabolismekan (ME)
dipakai secara total (dibakar seluruhnya) ME dalam hal ini diubah menjadi panas
(hilang).
3.
Ransum optimal
(R. Opt), yang didefinisikan sebagai ransum yang disediakan untuk perbandingan
tertinggi antara pertambahan pertumbuhan dan penerimaan makanan (atau untuk
nilai konversi makanan terendah).
4.
Ransum makanan
maksimum (R max) yang didefinisikan sebagai ransum makanan dimana pertambahan
makanan tidak menghasilkan pertumbuhan extra.








Rate efficiency



Pada kenyataannya ukuran ikan memberikan aspek
yang berbeda pada makanan, metabolisme energi dan pertumbuhan. Dalam hal ini mengikuti suatu pola hubungan yang
allometric :
Y = awb
dimana, Y adalah nilai makanan, metabolisme atau pertumbuhan dan w adalah
berat tubuh ikan dan a,b adalah konstanta yang nilai 0,67 - 1. Kalau ditransformasikan rumus umum tadi ke dalam
logaritma, maka kita akan dapatkan persamaan = log Y = log a + b log w yaitu
persamaan linier (Gambar 2.6).


![]() |
|||
![]() |
|||
y = aWb
ln
y = ln a + b ln W
ln a
Ø Pertumbuhan
-
Pertumbuhan = Growth (G)
G
= wt - wo (gram)
-
Laju pertumbuhan = Growth rate (GR)
GR = (wt - wo)/t (gram/hari)
-
Laju pertumbuhan spesifik = Specific Growth Rate (SGR)
SGR = (In wt - In wo)/t x 100% (%
BW/hari)
-
Laju
pertumbuhan relatif berat metabolik = Metabolic Relatif Growth Rate (RGRm)
RGRm = (wt - wo)/t/BWg 0,8
(gr/gr 0,8 /hari) atau (gr/kg 0,8 /hari)
-
Protein yang tersimpan = Retened Protein (Rp)
RP = (wt x Pt) - (wo x Po) (gr Protein)
-
Energi yang tersimpan = Retened Energy (RE)
RE = (wt x Et) - (wo x Eo) (Kj)
Catatan :
PE dan PO dalam % ; ET dan EO dalam
Kj/gram
Pt = Protein ikan pada waktu t
PO = Protein ikan pada waktu O
EO = Energi ikan pada waktu O
Et = Energi ikan pada waktu t
Ø Makanan
-
Makanan = feed (F)
-
F = jumlah
makanan yang diberikan (gram)
-
Laju makanan = Feeding Rate (FR)
-
FR = F/t
(gram/hari)
-
Laju makanan relatif = Feeding level = Feeding ration
( R )
-
R = (f/t/BWg) x 100% (%BW/hari)
-
Metabolic ration (Rm)
-
Rm = f/t/Bwg 0,8 (gr/gr 0,8
/hari) atau (gr/kg 0,8 /hari)
-
Protein makanan = Gross Protein (GP)
-
GP = F x Pf
(gram protein)
-
Energi makanan
= Gross energy (GE)
-
GE = F x Ef (k)
Catatan : Pf = Protein dalam makanan Ef
= Energi dalam makanan
Ø Effisiensi Pertumbuhan
–
Konversi
makanan = Feed Convertion (FC)
FC = (F xBkf)/(wt – wo) (gr/gr)
–
Konversi
efisiensi = Convertion Efisiency (CE)
CE = (wt – wo) / (f x Bkf) x 100% (%)
= 1/ FC x 100%
–
Konversi
efisiensi protein (PCE) = Protein yang digunakan Apporent Net Protein
Utilization (NPUA)
NPUA = (wt x Et – wo x Eo) / (F x Ef) x
100% (%)
= RE / GE x 100%
Catatan
Bkf = berat kering makanan
BAB III
STRUKTUR DAN FUNGSI ALAT PENCERNAAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu memahami organ-organ
pencernaan pada ikan, struktur dan fungsi kelenjar pencernaan.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu :
1. Menyebutkan dan
menjelaskan organ-organ pencernaan pada ikan
2. Menjelaskan peranan
masing-masing organ pencernaan
3. Menjelaskan struktur
dan fungsi kelenjar pencernaan
Seperti
halnya pada hewan lain, alat pencernaan ikan terdiri dari saluran pencernaan
dan kelenjar pencernaan. umumnya saluran pencernaan, ikan terdiri dari segmen-segmen
berikut : mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilorik usus, rektum
dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas. Dalam
mempelajari struktur alat pencernaan, pendekatan yang dilakukan mencakup
pembahasan secara anatomis, histologis dan sitologis. Pendekatan ini dilakukan agar pembaca dapat
dengan mudah melihat keterkaitan antara struktur dan fungsi alat pencernaan
tersebut.
3.1. Struktur dan Fungsi Saluran Pencernaan
Secara
anatomis struktur alat pencernaen ikan berkaitan dengan bentuk tubuh,
kebiasaan makan dan kebiasaan memakan (katagori ikan) serta umur (stadia hidup)
'ikan memakan. Perbedaan struktur
anatomis alat pencernaan antara ikan-ikan yang berbeda bentuk tubuhnya dapat
dengan mudah dilihat misalnya antara ikan belut (Monoptealbus) dengan ikan bawal (Pampus sp). Walaupun kedua jenis ikan tersebut termasuk kategori
yang sama yaitu : karnivora, akan tetapi karena bentuk tubuhnya berbeda maka
struktur anatomis alat pencernaannya berbeda. Berdasarkan kebiasaan makannya,
ikan dibagi dalam 3 kategori yaitu : ikan herbivore, ikan-ikan yang sebagian
besar makanannya terdiri dati tumbuhan. ikan karnivora ikan-ikan yang sebagian
besar tekanannya terdiri dari hewan dan ikan omnivore, ikan-ikan yang
makanannya terdiri dari tumbuhan dan hewan. Struktur saluran pencernaan
beberapa iakan dapat dilihat pada Gambar 1.

Keterangan :
a : ikan trout, Salmo gairdneri
b : ikan "catfish", Ictalurus punctatus
c : ikan mas, Cyprinus carpio
d : ikan bandeng, Chanos chanos
Perbedaan
struktur-struktur anatomis alat pencernaan pada ketiga kategori ikan tersebut
jelas terlihat. Perbedaan yang menyolok
di antara ketiga kataqori ikan, tersebut terletak. Pada struktur tapis insang,
struktur gigi pada rongga mulut, keberadaan dan bentuk lambung, dan panjang
Utus. Secara rinci perbedaan struktur anatomis struktut tapis insang dan
saluran pencernaan antara ketiga katagori ikan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Perbedaan
Struktur Anatomis di. antara Ketiga Katagori Ikan.
Organ/Sagmen
|
Herbivora
|
Omnivora
|
Karnivora
|
Tapis Insang
|
Banyak, panjang sedang panjang dan rapat.
|
Sedang
|
sedikit, pendek dan kaku
|
Rongga Mulut
|
Sering tidak bergigi.
|
Bergigi kecil
|
Umumnya bergigi kuat, dan tajam.
|
Lambung
|
Berlambung palsu/ tidak berlambung.
|
Berlambung dengan bentuk kantung.
|
Berlambung dengan bentuk bervariasi.
|
Usus
|
Sangat panjang beberapa kali panjang tubuh.
|
Sedang, 2 - 3 kali panjang tubuh
|
Pendek, kadang lebih pendek dari pada panjang
tubuh.
|
3.1.1. Mulut
Bagian
terdepan dari mulut adalah bibir. Pada
tertentu, bibit ini tidak berkembang dan malahan hilang secara total, karena
digantikan oleh paruh atau rahang, seperti ditemukan pada ikan famili Scaridae
Diodontidae, Tetraodontidae dan lain-lain.
Pada ikan lain seperti : ikan belanak, Mugil sp.; ikan tambakan, Holostdma
temmincki dan lain - lain, bibir berkembang dengan baik dan menebal,
bahkan mulutnya dapat disembulkan.
Nampaknya keberadaan bibir ini berkaitan dengan cara mendapatkan makanan, sebab pada
ikan-ikan yang disebutkan terakhir bibr dipakai sebagai alat untuk mengambil
makanan.
Di
sekitar bibir pada ikan-ikan tertentu misalnya ikan ini (Ciarlas batrachus), ikan mas (Cyprinus
Carpio) dan ikan Arawana (Sclerophagus
formosus) terdapat sungut. Sungut ini merupakan perpanjangan
dari ujung lateral tonjolan bibir. Tergantung pada jenis lkan, jumlah sungut
ini sengat bervariasi sekali. Pada ikan
lele, terdapat empat pasang sungut yaitu.
a. Sungut
mandibula bagian dalam.
b. Sungut
mandibula bagian luar,
c. Sugut
maksila,
d. Sungut
nasal.
Keberadaan
sungut ini erat kaitannya dengan kebiasaan makan ikan, ikan-ikan yang mencari
makan didasar perairan umumn memiliki sungut. Dalam hal ini sungut berperan
sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan.
Posisi
mulut pada ikan sangat, bervariasi sebagai contoh: ikah mas, memiliki mulut
yang terletak di ujung hidung (terminal), mulut pada ikan kuro Eletheronema tetradactylum terletak
dekat ujung hidung (Sub terminal). Pada
ikan julung-julung, Dermogenys sp mulut
terletak di atas hidung (superior) dan pada ikan pari Dasyatis sp, mulut terletak di bawah (inferior)., Posisi mulut ini
ada kaitannya dengan'kebiasaan inakan ikan tersebut.
Di samping
posisi mulut, hal yang sangat penting diperhatikan terutama dalam kaitannya
dengan makanan adalah ukuran bukaan mulut. Ikan-ikan predator umumnya memiliki
ukuran bukaan mulut relatif lebih besar dibandingkan dengan ikan herbivora. Disamping
terdapat perbedaan ukuran bukaan mulut antara katagori ikan yang satu dengan
katagori ikan yang lain; untuk suatu jenis ikan yang sama, ukuran bukaan mulut
ini berubah dengan perubahan ukuran ikan.
Dengan
demikian ukuran makanan, yang dapat ditentukan oleh suatu jenis ikan ditentukan
oleh ukuran bukaan mulut ikan. Pada
pemeliharaan larva ikan, kelangsungan hidup larva sangat ditentukan oleh
ketersediaan pakan yang ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva. Ukuran
rotifera yang disukai oleh larva ikan kakap, Lates calcarifer ketika, pertama kali makan adalah 33 - 25% dari
ukuran bukaan mulutnya. Larva ikan Siganus guttatus menyukai makanan yang berukuran 62,5% dari bukaan mulutnya. Pada ikan betutu, Oxyeleotris marmorata ukuran protozoa
yang disukai larva betutu berkisar antara 5,27 - 21,09% dari bukaan mulut
maksimum sedangkan ukuran zooplankton yang pertama kali dimakan berukuran
43,15 - 47,23% dari bukaan mulut maksimum.
3.1.2. Rongga Mulut
Di belakang
mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut. Rongga mulut ini berhubungan
langsung dengan segmen faring, oleh karenanya rongga mulut dan faring ini
sering disebut rongga "Buccopharynx". Secara anatomis organ yang terlihat secara
jelas terdapat pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin.
Permukaan
rongga mulut diselaputi oleh lapisan permukaan (epitelium) yang berlapis. Pada lapisan permukaan terdapat sel-sel
penghasil lendir. Di samping itu juga. dapat organ penerima rasa yang dinamakan
taste receptor atau taste bud. Organ pengecap tersebut umumnya terletak pada
bagian lekukan dari. bagiah sub mucosa. Bagian dasar dari lapisan epitelium
adalah lapisan otot bergaris. Dengan dihasilkannya lendir oleh permukaan
rongga mulut maka berarti bahwa jalannya makanan menuju segmen berikutnya akan
lebih dipermudah. Taste bud yang
terdapat pada rongga mulut berfuhgsi sebagai penyeleksi makanan yang dimakan
oleh ikan. Umumnya pendeteksian terakhir
apakah, suatu benda merupakan makanan atau bukan adalah dibagian rongga mulut.
Pada ikan yang mengerami telur pada
rongga mulut (outh breeder) misalnya ikan mujair (Oreochromis mosambica), permukaan rongga mulutnya pada periode waktu tertentu memiliki tonjolan
tonjolan serta keadaan hipertrofi atau hipotrofi. Keadaan tersebut berhubungan
erat dengan siklus reproduksinya.
Pada ikan
yang memiliki gigi, gigi tersebut merupakan alat pencerna makanan secara
mekanik yang pertama. Gigi dalam pengertian yang sempit adalah organ keras terletak dalam mulut yang
dibentuk terutama oleh dentin dan jaringan pengikat (pulpe) berperan dalam
pengambil, mencengkeram, mecerna merobek, memotong atau menghancurkan makanan.
Pada ikan
herbivore terutama pemakan tumbuhan air, gigi dapat ditemukan walaupun ukuran
dan jumlahnya tidak begitu berarti. Gigi pada golongan ikan ini masih
diperlukan terutama untuk memotong atau mencabik makanan. Pada ikan-ikan herbivora pemakan
Disamping
terdapat gigi, pada rongga mulut juga terdapat lidah. Lidah pada ikan merupakan suatu penebalan
dari bagian depan tulang archyoiden (basihial
dan qlossohial) yang terdapat di dasar mulut. tidak pada ikan diselaputi
oleh epitelium yang kaya akan sel mukus dan organ pengecap (taste bud). Pada beberapa jenis ikan kadang kala ditutupi
oleh gigi (gigi lingual). Berbeda dengan
hewan vertebrate tingkat tinggi yang lidahnya dapat digerak-gerak dan, maka
lidah ikan bersifat statis, dan tidak dapat digerakkan secara bebas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar