STRUKTUR DAN FUNGSI ALAT PENCERNAAN


BAB I

PENDAHULUAN


TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu memahami pengertian pakan buatan, macam pakan berdasarkan tingkat kebutuhan ikan, kebiasaan makanan, dan konsumsi makanan harian.


TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengerian pakan buatan
2. Menyebutkan dan menjelaskan macam pakan berdasarkan tingkat kebutuhan ikan
3. Menyebutkan dan menjelaskan kebiasaan makanan ikan
4. Menjelaskan konsumsi makanan harian ikan  



1.1. Pengertian pakan buatan
            Di alam, ikan dapat memenuhi kebutuhan makannya dengan pakan yang tersedia di alam. Dalam hal ini ikan mempunyai kesempatan untuk memilih. Oleh karena itu, pakan yang berasal dari alam selalu sesuai dengan selera ikan. Dalam lingkungan budidaya, ikan lebih tergantung pada pakan buatan dan tidak mempunyai kesempatan untuk memilih.
            Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan kebutuhannya. Pembuatan pakan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrisi ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Dengan pertimbangan yang baik, dapat dihasilkan pkan buatan yang disukai ikan, tidak mudah hancur dalam air, aman bagi ikan.
            Dalam budidaya ikan secara intensif, pakan buatan disediakan untuk memenuhi kebutuhan ikan, dimana biaya pakan dapat mencapai 60% dari biaya produksi. Berdasarkan tingkat kebutuhannnya pakan buatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok : yaitu (1) pakan tambahan, (2) pakan suplemen, dan (3) pakan utama. Pakan tambahan adalah pakan yang sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan pakan. Dalam hal ini, ikan yang dibudidayakan sudah mendapatkan pakan dari alam, namun jumlahnya belum memadai untuk tumbuh dengan baik sehingga perlu diberi pakan buatan sebagai pakan tambahan. Pakan suplemen adalah pakan yang sengaja dibuat untuk menambah komponen nutrisi tertentu yang tidak mampu disediakan pakan alami. Sementara pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat untuk menggantikan sebagian besar atau keseluruhan pakan alami.  

1.2. Kebiasaan makanan

Jenis makanan yang dapat dimakan oleh suatu jenis ikan tergantung kepada trophic level, ukuran, habitat, musim serta adaptasi alat pencernaannya.  Ikan herbivora akan mempunyai komposisi makanan yang berbeda dengan karnivora. Komposisi makanan makanan ikan yang berukuran kecil akan berbeda dengan ikan yang besar hal ini selain karena adanya perbedaan dalam bukaan mulut juga dalam kemampuan mendapatkan makanan serta kebutuhan gizinya.
Berdasarkan jenis-jenis organisme yang dimakannya, ikan dapat dikelompokkan sebagai berikut : Herbivora yaitu ikan yang makanan utamanya terdiri dari tumbuhan (pemakan tumbuhan), Karnivora yaitu ikan yang makanan utamanya terdiri dari hewan (pemakan daging) dan Omnivora yaitu ikan yang makanannya terdiri dari tumbuhan dan hewan.

1.3. Konsumsi makanan harian (daily consumption)

Ikan-ikan herbivora dan pemakan plankton nabati (phytoplankton), jumlah konsumsi makanan hariannya berbobot lebih banyak daripada ikan karnivora. Hal ini disebabkan karena bahan makanan nabati itu nilai kalorinya lebih rendah daripada bahan makanan hewani. Selain itu, kandungan air bahan nabati juga lebih tinggi daripada bahan hewani.
Di antara karnivora itu sendiri terdapat juga perbedaan-perbedaan dalam jumlah makanan yang mereka konsumsi, karena makanan yang mereka makan juga berbeda-beda, baik dalam ukuran maupun dalam kandungan gizinya ikan pemakan udang-udangan tingkat tinggi misalnya, relatif harus lebih banyak membuang sisa-sisa makanan yang tak tercerna (kulitnya yang keras), dibandingkan dengan karnivora pemakan daging ikan. Oleh karena itu pemakan udang-udangan tingkat tinggi membutuhkan jumlah makanan yang lebih banyak.
Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seekor ikan secara umum berkisar antara 5 - 6 % berat tubuhnya perhari. Namun jumlah tersebut dapat berubah-ubah tergantung pada suhu lingkungannya. Ikan Lepomis macrochirus misalnya, selama musim panas (suhu sekitar 20 0C) dapat mengkonsumsi makanan sampai 5% berat badannya per hari. Tapi selama musim dingin (suhu 2 - 3 0C) hanya mengkonsumsi kurang dari 1%.
Selain berpengaruh terhadap terhadap jumlah makanan yang dikonsumsi, suhu juga berpengaruh terhadap kegiatan metabolisme. Ikan kerapu Epinephelus guttatus misalnya, pada suhu antara 19 - 28 0C keseringan makannya dapat meningkat dua kali lipat. Sebab pada suhu yang lebih tinggi itu pengeluaran tenaga dan pemeliharaan tubuhnya juga meningkat.
Ukuran ikan juga berpengaruh terhadap jumlah konsumsi makanan per hari. Ikan-ikan kecil aktivitas metabolismenya lebih tinggi daripada ikan-ikan besar. Oleh karena itu perbandingan antara jumlah konsumsi makanan dan berat badannya juga lebih tinggi daripada ikan besar. Misalnya saja seekor ikan kerapu yang berbobot 250 gram, pada suhu antara 19 - 28 0C membutuhkan makanan 1,7 - 5,8 % berat tubuh/hari. Tapi ikan yang berbobot 600 gram hanya membutuhkan makanan antara 1,3 - 3 % saja.










BAB II

PERTUMBUHAN DAN MAKANAN



TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu memahami pengertian pertumbuhan ikan, aspek-aspek kuantitatif pada prinsip makanan dan hubungan antara pertumbuhan dan makanan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
 Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu :
  1. Menjelaskan pengertian pertumbuhan
  2. Menyebutkan dan menjelaskan aspek-aspek kuantitatif  pada prinsip makanan
  3. Menjelaskan hubungan antara pertumbuhan dan makanan


2.1.    Pertumbuhan


Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari dua proses yaitu, proses yang cenderung untuk menurunkan energi tubuh yang menjadi nyata jika seekor ikan dipelihara dalam jangka waktu yang lebih lama tanpa diberi makanan dan suatu proses yang diawali dari pengambilan makanan dan yang diakhiri dengan penyusunan unsur-unsur tubuh.
Pertumbuhan sebagai pertambahan dalam volume dan berat dalam waktu tertentu. Pada umumnya berat individu ikan mengikuti pola pertumbuhan clarias gariepinus, jika berat ikan diplotkan dengan umur / waktu hasilnya adalah suatu kurva yang berbentuk sigmuid dengan titik infleksi yang menunjukkan pada titik tersebut pertumbuhan yang menurun di banding dengan pertumbuhan sebelumnya (Gambar 1).


 
 







Gambar 2.1. Kurva Pertumbuhan Berat pada Clarias gariepinus


Pertumbuhan = Growth = G = dw = wt - wo (gram).
Laju pertumbuhan = Growth Rate = GR = dw/dt = (wt - wo)/t.
Laju pertumbuhan relatif = Relatif Growth Rate = RGR
     RGR = dw/dt.w = (wt - wo)/t
Berat rata-rata Aritmatik = Bwa = (wt + wo)/2
Berat rata-rata Geometrik = Bwg = exp [(In wt + In wo)/2].

Pada kurva pertumbuhan sigmoid (kurva berat), sekarang dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan (growth rate) (GR = dw/dt) pertama-tama meningkat dan kemudian menurun dengan bertambahnya waktu. Growth rate maksimum dicapai pada titik infleksi dalam kurva pertumbuhan sigmoid, laju pertumbuhan relatif menurun dengan bertambahnya berat dalam waktu.


 








Gambar 2.2.  Berat tubuh, laju pertumbuhan dan spesifik growth rate
                        pada ikan.


Sebagaimana diketahui bahwa pertumbuhan berat mengikuti pula eksponensial maka model pertumbuhannya adalah :
 
 


















Gambar 2.3. Pertumbuhan eksponensial berat tubuh, GR dan SGR

Wt              = wo e gt
In wt          = In wo + gt
Dimana :
Wt            = berat pada waktu t
Wo           = berat awal
e               = dasar logaritma natural
g               = Koefisien pertumbuhan

Dalam pertumbuhan secara eksponensial ini, spesifik Growth Rate adalah konstan.
GR           = dw/dt = gw
SGR         = dw/dt w = g

                 Dengan kata lain koefisien pertumbuhan ini adalah logaritma natural dari perbandingan berat akhir dengan berat awal.
gt             = In (wt/wo)
gt             = In wt - In wo

Dapat juga dihitung sebagai % berat rata-rata individu per hari
SGR         = g = (In wt - In wo) / t x 100 % (% BW / hari)
Model ini baik untuk waktu yang singkat / pendek, tetapi kurang baik apabila digunakan untuk menghitung pertumbuhan seluruh hidup ikan (waktunya).  Faktor terpenting yang menentukan pertumbuhan ikan di dalam pemeliharaan ialah tersedianya makanan yang cukup.

2.2.    Makanan


Makanan dalam suatu usaha budidaya dapat dikenal dua kelompok yaitu makanan alami dan makanan tambahan, Jenis, bentuk serta banyaknya makanan yang diperlukan berbeda-beda bagi setiap jenis ikan yang mempunyai pilihan dan cara pengambilan makanan yang berbeda pula. Di dalam kolam, dengan pengarah dari bermacam-macam faktor, terjadilah serangkaian proses pertumbuhan yang menghasilkan makanan alami. Banyaknya makanan yang dihasilkan tergantung dari kesuburan alam atau yang sudah dibantu dengan jalan pemupukan.
Pada cara pemeliharaan yang tradisional / ekstensif ikan yang dipelihara hidup semata-mata dari makanan alami yang dihasilkan di dalam kolam. Kemudian ada usaha-usaha memperbaiki kesuburan dengan jalan pemupukan dan penyediaan makanan tambahan. Semakin meningkat usahanya, makin banyak usaha dilakukan bagi penyediaan makanan. Pada usaha pemeliharaan intensif, kesuburan alami dapat sama sekali diabaikan dan makanan yang diperlukan sepenuhnya diusahakan secara pemberian makanan tambahan dengan bentuk dan susunan serta jadwal yang disusun secara teliti.
Bentuk makanan hendaknya disesuaikan dengan besarnya ikan dan cara mengambil makanan. Makanan buatan (pellet) merupakan bentuk yang cocok dan paling banyak dipakai bagi berbagai jenis ikan, terutama pada usaha-usaha pembesaran seperti ikan mas, tawes, nila dan sebagainya. Keuntungan dari makanan buatan antara lain : ukuran dapat dibuat berbeda-beda menurut jenis dan besarmnya ikan, penggunaannnya mudah,mudah dimakan ikan dan mudah diawasi sehingga tidak banyak sisa terbuang serta mudah disimpan dalam keadaan kering.
Pertumbuhan ikan yang baik, perlu didukung dengan pemberian makanan yang cukup mengandung protein, lemak dan karbohidrat serta vitamin dan mineral. Di dalam praktek, penyusunan didasarkan atas bahan-bahan hewani seperti tepung ikan, daging dan kerang-kerangan dan bahan nabati seperti dedak, bungkil kedelai, tepung yang masing-masing terutama sebagai sumber protein dan karbohidrat. Sedangkan kebutuhan akan lemak dicampurkan dalam bentuk minyak nabati, levertran dan sebagainya. Perbandingan bahan-bahan tersebut dalam campuran, di samping perhitungan nilai gizi makanan yang tinggi, tentu saja perlu diperhatikan dalam segi praktis (mudah diperoleh sepanjang tahun, mudah dikerjakan) dan dari segi ekonomis biaya yang dikeluarkan dapat memberikan keuntungan yang setinggi-tingginya. Kualitas dan kuantitas makanan harus disesuaikan dengan jenis dan ukuran ikannya. Kualitas makanan tidak hanya ditentukan oleh nilai gizi makanan tersebut tetapi juga ditentukan oleh kemampuan ikan untuk mencerna dan mengabsorbsi makanan tersebut.
Aspek-aspek kuantitatif pada prinsip makanan untuk pertumbuhan dapat membedakan antara pemberian makanan (F), laju konsumsi = feeding rate (FR) dan laju konsumsi relatif = relatif feeding rate yang biasanya dinamakan feeding level = tingkat konsumsi atau feed ration ( R ).

FR = F/t (gr / hari).
R   = F/t/BWg x 100 % (% BW / hari)
Rm (metabolic ration) = F/t/BWg 0,8 (gr/gr 0,8 / hari).
Efisiensi pertumbuhan di ekspresikan sebagai % dari pemberian makan yang dikonversikan ke dalam pertumbuhan, biasanya dinamakan efisiensi konversi (CE).

CE = (wt - wo)/F x 100% (%)
Sedangkan konversi makanan (FC) adalah berat kering makanan yang diberikan dibagi dengan pertambahan berat tubuh ikan.

FC = F/ (wt - wo) (gr/gr)



2.3.    Hubungan antara Pertumbuhan dan Makanan


Tujuan utama pemberian makanan pada ikan secara umum untuk mencapai pertumbuhan individu atau populasi. Pertumbuhan setiap organisme, termasuk ikan dapat dianggap berasal dari 2 proses yang berlawanan; proses pertama cenderung untuk menurunkan energi tubuh (katabolisme) dan proses yang lain cenderung untuk menaikkan energi tubuh (anabolisme).  Pembagian dari makanan yang dimakan pada proses untung dan rugi (gain + loss) disajikan pada Gambar 2.4.
                                                                 Energi yang diperoleh
a.       Jaringan                             Hasil
b.      Hasil reproduksi
                                                                
Energi yang     Energi panas
Dapat dime-    a.  Aktivitas sukarela
Tabolismekan  b.  Aktivitas metabolisme

                 Energi daya
                 Pencernaan                              Urine                                       Hilang

Penerimaan
Makanan                                                         Ekskresi dari insang dan
(jumlah                                                            permukaan tubuh
energi)

                                                                        Ekskresi feses
Gambar 2.4.  Pembagian dari makanan yang dimakan pada proses untung dan rugi (gain + loss)

Dalam gambar 2.5. Terdapat empat (4) ration yang berbeda yaitu RO (tanpa diberi makan), R. Maintenance, R. Maintenance, R. Optium dan R. Maksimum.
1.      Ransum O (Ro) menghasilkan pertumbuhan negatif, yang disebabkan oleh adanya katabolisme substansi tubuh untuk menyediakan energi untuk fungsi utama organisme hidup. Sehubungan dengan panas dari pembakaran di dalam tubuh (internal combustion) di hasilkan (panas yang hilang) dengan pengorbanan kandungan energi diri sendiri.
2.      Ransum pemeliharaan (R. Maint), didefinisikan sebagai ransum makanan yang disediakan untuk pertumbuhan O. Pada ransum ini, energi yang dapat dimetabolismekan (ME) dipakai secara total (dibakar seluruhnya) ME dalam hal ini diubah menjadi panas (hilang).
3.      Ransum optimal (R. Opt), yang didefinisikan sebagai ransum yang disediakan untuk perbandingan tertinggi antara pertambahan pertumbuhan dan penerimaan makanan (atau untuk nilai konversi makanan terendah).
4.      Ransum makanan maksimum (R max) yang didefinisikan sebagai ransum makanan dimana pertambahan makanan tidak menghasilkan pertumbuhan extra.
                                    A                                                         B
Growth   Gmax                                                 Conversion

Rate                                                efficiency

                Gopt 



           






 

   Rm              Ropt         Rmax                        Rm          Ropt               Rmax    

Gambar 2.5. A. Hubungan antara pertumbuhan dan pemberian makanan ( R ).  B. Hubungan antara efisiensi konbversi dan pemberian makanan

 Pada kenyataannya ukuran ikan memberikan aspek yang berbeda pada makanan, metabolisme energi dan pertumbuhan. Dalam hal ini mengikuti suatu pola hubungan yang allometric :
Y = awb
dimana, Y adalah nilai makanan, metabolisme atau pertumbuhan dan w adalah berat tubuh ikan dan a,b adalah konstanta yang nilai 0,67 - 1. Kalau ditransformasikan rumus umum tadi ke dalam logaritma, maka kita akan dapatkan persamaan = log Y = log a + b log w yaitu persamaan linier (Gambar 2.6).



y = (kJ fish-1 d-1)                                  ln y










 

                                            y = aWb
                                                                                         ln y = ln a + b ln W
                                                             ln a         







 

                                                W (g)                                                   ln W

Gambar 2.6. Hubungan allometric antara makanan yang diberikan, metabolisme dan pertumbuhan terhadap berat tubuh ikan.

Secara pasti nilai eksponen berat (b) tergantung pada relatif besarnya perbedaan suatu proses. Secara umum dapat dinyatakan bahwa proses pengambilan makanan, metabolisme dan pertumbuhan dapat dikontrol beberapa yang mempengaruhi antara permukaan dan volume (berat tubuh) tergantung pada proses.
Ø  Pertumbuhan
-          Pertumbuhan = Growth (G)
G = wt - wo (gram)
-          Laju pertumbuhan = Growth rate (GR)
GR = (wt - wo)/t (gram/hari)
-          Laju pertumbuhan spesifik = Specific Growth Rate (SGR)
SGR = (In wt - In wo)/t x 100% (% BW/hari)
-          Laju pertumbuhan relatif berat metabolik = Metabolic Relatif Growth Rate (RGRm)
RGRm = (wt - wo)/t/BWg 0,8 (gr/gr 0,8 /hari) atau (gr/kg 0,8 /hari)
-          Protein yang tersimpan = Retened Protein (Rp)
RP = (wt x Pt) - (wo x Po) (gr Protein)
-          Energi yang tersimpan = Retened Energy (RE)
RE = (wt x Et) - (wo x Eo) (Kj)
Catatan :
PE dan PO dalam % ; ET dan EO dalam Kj/gram
Pt = Protein ikan pada waktu t
PO = Protein ikan pada waktu O
EO = Energi ikan pada waktu O
Et = Energi ikan pada waktu t
Ø  Makanan
-          Makanan = feed (F)
-          F = jumlah makanan yang diberikan (gram)
-          Laju makanan = Feeding Rate (FR)
-          FR = F/t (gram/hari)
-          Laju makanan relatif = Feeding level = Feeding ration ( R )
-          R = (f/t/BWg) x 100% (%BW/hari)
-          Metabolic ration (Rm)
-          Rm = f/t/Bwg 0,8 (gr/gr 0,8 /hari) atau (gr/kg 0,8 /hari)
-          Protein makanan = Gross Protein (GP)
-          GP = F x Pf (gram protein)
-          Energi makanan = Gross energy (GE)
-          GE = F x Ef (k)
Catatan : Pf = Protein dalam makanan Ef = Energi dalam makanan
Ø  Effisiensi Pertumbuhan
        Konversi makanan = Feed Convertion (FC)
FC = (F xBkf)/(wt – wo) (gr/gr)
        Konversi efisiensi = Convertion Efisiency (CE)
CE = (wt – wo) / (f x Bkf) x 100% (%)
= 1/ FC x 100%
        Konversi efisiensi protein (PCE) = Protein yang digunakan Apporent Net Protein Utilization (NPUA)
NPUA = (wt x Et – wo x Eo) / (F x Ef) x 100% (%)
= RE / GE x 100%

Catatan

Bkf = berat kering makanan





















BAB III

STRUKTUR DAN FUNGSI ALAT PENCERNAAN


TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu memahami organ-organ pencernaan pada ikan, struktur dan fungsi kelenjar pencernaan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu :
1. Menyebutkan dan menjelaskan organ-organ pencernaan pada ikan
2. Menjelaskan peranan masing-masing organ pencernaan
3. Menjelaskan struktur dan fungsi kelenjar pencernaan


Seperti halnya pada hewan lain, alat pencernaan ikan terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. umumnya saluran pencernaan, ikan terdiri dari segmen-­segmen berikut : mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilorik usus, rektum dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas. Dalam mempelajari struktur alat pencernaan, pendekatan yang dilakukan mencakup pembahasan secara anatomis, histologis dan sitologis.  Pendekatan ini dilakukan agar pembaca da­pat dengan mudah melihat keterkaitan antara struktur dan fungsi alat pencernaan tersebut.

3.1.    Struktur dan Fungsi Saluran Pencernaan


Secara anatomis struktur alat pencernaen ikan ber­kaitan dengan bentuk tubuh, kebiasaan makan dan kebiasaan memakan (katagori ikan) serta umur (stadia hidup) 'ikan memakan.  Perbedaan struktur anatomis alat pencernaan antara ikan-ikan yang berbeda bentuk tubuhnya dapat dengan mudah dilihat misalnya antara ikan belut (Monoptealbus) dengan ikan bawal (Pampus sp). Walaupun kedua jenis ikan tersebut termasuk kategori yang sama yaitu : karnivora, akan tetapi karena bentuk tubuhnya berbeda maka struktur anatomis alat pencernaannya berbeda. Berdasarkan kebiasaan makannya, ikan dibagi dalam 3 kategori yaitu : ikan herbivore, ikan-ikan yang sebagian besar ma­kanannya terdiri dati tumbuhan. ikan karnivora ikan-ikan yang sebagian besar tekanannya terdiri dari hewan dan ikan omnivore, ikan-ikan yang makanannya terdiri dari tumbuhan dan hewan. Struktur saluran pencernaan beberapa iakan dapat dilihat pada Gambar 1.


Keterangan :
a : ikan trout, Salmo gairdneri
b : ikan "catfish", Ictalurus punctatus
c : ikan mas, Cyprinus carpio
d : ikan bandeng, Chanos chanos

Gambar 1.  Struktur saluran pencernaan beberapa ikan 
Perbedaan struktur-struktur anatomis alat pencernaan pada ketiga kategori ikan tersebut jelas terlihat.  Perbedaan yang menyolok di antara ketiga kata­qori ikan, tersebut terletak. Pada struktur tapis insang, struktur gigi pada rongga mulut, keberadaan dan bentuk lambung, dan panjang Utus. Secara rinci perbedaan struk­tur anatomis struktut tapis insang dan saluran pencernaan antara ketiga katagori ikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Perbedaan Struktur Anatomis di. antara Ketiga Katagori Ikan.

Organ/Sagmen
Herbivora
Omnivora
Karnivora
Tapis Insang
Banyak, panjang sedang panjang dan rapat.
Sedang
sedikit, pendek dan kaku
Rongga Mulut
Sering tidak bergigi.
Bergigi kecil
Umumnya bergigi kuat, dan tajam.
Lambung
Berlambung palsu/ tidak berlambung.
Berlambung dengan bentuk kantung.
Berlambung dengan bentuk bervariasi.
Usus
Sangat panjang beberapa kali panjang tubuh.
Sedang, 2 - 3 kali panjang tubuh
Pendek, kadang lebih pendek dari pada panjang tubuh.
                                                           

3.1.1.     Mulut


Bagian terdepan dari mulut adalah bibir.  Pada tertentu, bibit ini tidak berkembang dan malahan hilang secara total, karena digantikan oleh paruh atau rahang, seperti ditemukan pada ikan famili Scaridae Diodontidae, Tetraodontidae dan lain-lain.  Pada ikan lain seperti : ikan belanak, Mugil sp.; ikan tambakan, Holostdma temmincki dan lain - ­lain, bibir berkembang dengan baik dan menebal, bahkan mulutnya dapat disembulkan.  Nampaknya kebe­radaan bibir ini berkaitan dengan  cara mendapatkan makanan, sebab pada ikan-ikan yang disebutkan ter­akhir bibr dipakai sebagai alat untuk mengambil makanan.
Di sekitar bibir pada ikan-ikan tertentu misalnya ikan ini (Ciarlas batrachus), ikan mas (Cyprinus Carpio) dan ikan Arawana (Sclerophagus formosus) terdapat sungut.  Sungut ini merupakan perpanjangan dari ujung lateral tonjolan bibir. Tergantung pada jenis lkan, jumlah sungut ini sengat bervariasi se­kali.  Pada ikan lele, terdapat empat pasang sungut yaitu.
a. Sungut mandibula bagian dalam.
b. Sungut mandibula bagian luar,
c. Sugut maksila,
d. Sungut nasal.
Keberadaan sungut ini erat kaitannya dengan kebiasaan makan ikan, ikan-ikan yang mencari makan didasar perairan umumn memiliki sungut. Dalam hal ini sungut berperan sebagai alat peraba atau pende­teksi makanan.
Posisi mulut pada ikan sangat, bervariasi seba­gai contoh: ikah mas, memiliki mulut yang terletak di ujung hidung (terminal), mulut pada ikan kuro Eletheronema tetradactylum terletak dekat ujung hi­dung (Sub terminal).  Pada ikan julung-julung, Der­mogenys sp mulut terletak di atas hidung (superior) dan pada ikan pari Dasyatis sp, mulut terletak di bawah (inferior)., Posisi mulut ini ada kaitannya dengan'kebiasaan inakan ikan tersebut.
Di samping posisi mulut, hal yang sangat pen­ting diperhatikan terutama dalam kaitannya dengan makanan adalah ukuran bukaan mulut. Ikan-ikan predator umumnya memiliki ukuran bukaan mulut relatif lebih besar dibandingkan dengan ikan herbivora. Di­samping terdapat perbedaan ukuran bukaan mulut antara katagori ikan yang satu dengan katagori ikan yang lain; untuk suatu jenis ikan yang sama, ukuran buka­an mulut ini berubah dengan perubahan ukuran ikan.
Dengan demikian ukuran makanan, yang dapat ditentukan oleh suatu jenis ikan ditentukan oleh ukuran bukaan mulut ikan.  Pada pemeliharaan larva ikan, kelang­sungan hidup larva sangat ditentukan oleh keterse­diaan pakan yang ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva. Ukuran rotifera yang disukai oleh larva ikan kakap, Lates calcarifer ketika, pertama kali makan adalah 33 - 25% dari ukuran bukaan mulutnya. Larva ikan  Siganus guttatus menyukai makanan yang berukuran 62,5% dari         bukaan mulutnya. Pada ikan betutu, Oxyeleotris marmorata ukuran protozoa yang disukai larva betutu berkisar antara 5,27 - 21,09% dari bukaan mulut maksimum sedangkan ukuran zooplankton yang pertama kali dimakan ber­ukuran 43,15 - 47,23% dari bukaan mulut maksimum.

3.1.2.   Rongga Mulut

Di belakang mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut. Rongga mulut ini berhubungan langsung dengan segmen faring, oleh karenanya rongga mulut dan faring ini sering disebut rongga "Buccopharynx".  Secara anatomis organ yang terlihat secara jelas terdapat pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin.
Permukaan rongga mulut diselaputi oleh lapisan permukaan (epitelium) yang berlapis.  Pada la­pisan permukaan terdapat sel-sel penghasil lendir. Di samping itu juga. dapat organ penerima rasa yang dinamakan taste receptor atau taste bud. Organ pengecap tersebut umumnya terletak pada bagian lekukan dari. bagiah sub mucosa. Bagian dasar dari lapisan epite­lium adalah lapisan otot bergaris. Dengan dihasil­kannya lendir oleh permukaan rongga mulut maka ber­arti bahwa jalannya makanan menuju segmen berikutnya akan lebih dipermudah.  Taste bud yang terdapat pada rongga mulut berfuhgsi sebagai penyeleksi makanan yang dimakan oleh ikan.  Umumnya pendeteksian ter­akhir apakah, suatu benda merupakan makanan atau bu­kan adalah dibagian rongga mulut.
            Pada ikan yang mengerami telur pada rongga mulut (outh breeder) misalnya ikan mujair (Oreochromis mosambica), permukaan rongga mulutnya  pada periode waktu tertentu memiliki tonjolan tonjolan serta keadaan hipertrofi atau hipotrofi. Keadaan tersebut berhubungan erat dengan siklus reproduksinya.
Pada ikan yang memiliki gigi, gigi tersebut me­rupakan alat pencerna makanan secara mekanik yang pertama. Gigi dalam pengertian yang sempit adalah  organ keras terletak dalam mulut yang dibentuk terutama oleh dentin dan jaringan pengikat (pulpe) berperan dalam pengambil, mencengkeram, mecerna merobek, memotong atau menghancurkan makanan.
Pada ikan herbivore terutama pemakan tumbuhan air, gigi dapat ditemukan walaupun ukuran dan jum­lahnya tidak begitu berarti.  Gigi pada golongan ikan ini masih diperlukan terutama untuk memotong atau mencabik makanan.  Pada ikan-ikan herbivora pemakan
Disamping terdapat gigi, pada rongga mulut juga terdapat lidah.  Lidah pada ikan merupakan suatu pe­nebalan dari bagian depan tulang archyoiden (basihial dan qlossohial) yang terdapat di dasar mulut. tidak pada ikan diselaputi oleh epitelium yang kaya akan sel mukus dan organ pengecap (taste bud).  Pada beberapa jenis ikan kadang kala ditutupi oleh gigi (gigi lingual).  Berbeda dengan hewan vertebrate tingkat tinggi yang lidahnya dapat digerak-gerak dan, maka lidah ikan bersifat statis, dan tidak dapat di­gerakkan secara bebas.

3.1.2.     Faring

Tidak ada komentar:

Posting Komentar